Sabtu, 25 April 2009

feeling

aku harus bisa...walaupun ini sangat sulit bagiku...

BBLR

MATERI
1. Definisi & Patofisiologi BBLR 1.1. Definisi Bayi Berat lahir rendah Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. Pada BBLR sering ditemui refleks menghisap atau menelan lemah, bahkan kadang-kadang tidak ada. Bayi cepat lelah, saat menyusu sering tersedak atau malas menghisap dll. (Mansjoer, 2000) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2004) WHO (World Health Organization) menyatakan BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005)Bayi dengan BBLR merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian karena :a. Mungkin terdapat penyakit maternal dan fetal sebagai faktor yang diduga sehingga masih dapat mengurangi kejadian BBLRb. Bahwa bayi dengan BBLR mempunyai resiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi.c. Dampak psikologis dan neurologis setelah hidup dan akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya.d. Masih ada peluang untuk memberikan terapi sehingga upaya menurunkannya daapt dilakukan.e. Bahwa diagnosa dugaan akan terjadi kelahiran dengan BBLR, cukup sulit bahkan perlu menggunakan alat canggih. (Manuaba, 2007)

1.2. PatofisiologiSemakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya :1. Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.2. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu.5. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. 6. Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)

2. Etiologi BBLRa. Faktor ibu Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik, preeklamplsi, anemia dll) Faktor usia Keadaan Sosial Ekonomi Pertumbuhan Berat Badan ibuGangguan VaskularNutrisib. Faktor janin Hydroamnion Kehamilan multiple/ganda Kelainan kromosom Kelainan Kongenitalc. Faktor Lingkungan Tempat tinggal didataran tinggi Radiasi Zat-zat beracun ( Manuaba, 2007)Faktor lainnya yang berhubungan dengan kejadian BBLR Menurut Achadi dan Kusharisupeni (2000) adalah :a. Faktor Gizi- Berat Badan Pra-Hamil- Anemia pada Ibu Hamil- Suplemen Seng pada Ibu Hamil - Zat gizi lainnya (Vit A, Calsium, Magnesium & Asam Folat)b. Faktor Sosial- Status Ekonomi- Pengetahuan- Pendidikan Rendah (Maretha, 2005)
3. Gambaran Klinis BBLRa. Gambaran klinis sebelum bayi dilahirkan :•Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus dan lahir mati.•Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.•Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.•Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.•Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.b. Setelah bayi lahir dibedakan menjadi :- Jaringan lemak bawah kulit sedikit - T ipis, merah dan transparan- Tonus otot yang kurang baik- Abdomen menonjol & kepalanya besar- Garis kulit berkembang kurang sempurna (pada Telapak kaki)- Rambut lanugo biasanya terlihat jelas pada punggung dan bahu - Pada bayi Perempuan, klitorisnya relatif lebih besar dengan vulva yang meregang karena labia mayora menonjol- Pada bayi laki-laki, skrotumnya belum berkembang dengan sempurna- Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas- Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat- Abdomen cekung atau rata- Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan(Thomas, 1992)
4. Klasifikasi BBLR Klasifikasi BBLR berdasarkan berat badan :a. Bayi Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1.000 gram.b. Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 gram. Kebanyakan bayi ini adalah prematur. Bayi ini juga insidens rawat inap di rumah sakit cukup tinggi selama satu tahun pertama hidupnya.c. Bayi berat Badan Lahir Cukup Rendah adalah bayi yang lahir dengan barat badan 1.501 – 2.500 gram. (Surasmi, 2003)Berdasarkan Usia Kehamilan :Prematuritas murniMasa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Berat badannya sesuai dengan masa gestasi. prematuritas murni ini memiliki ciri diantaranya : berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, kulit tipis dan transparan, kepala lebih besar daripada badan, lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar, labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun, tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna.Dismaturitas Sedangkan dismaturitas merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikatakan dismatur apabila bayi memiliki ciri pada preterm seperti pada prematuritas, term dan post term akan dijumpai kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat, tali pusat berwarna kuning kehijaun.
5. Perawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatannya. Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya. Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal. Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning). BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal. Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama. Penanggulangan adalah dengan memberi dukungan agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya. Usahakan agar waktu menyusui singkat (2-3 menit), tetapi sering (tiap 1-2 jam), dan bayi selalu dalam keadaan hangat. Ibu dianjurkan melaksanakan perawatan payudara pasca kelahiran secara sistematis dan teratur.Kepala bayi ditahan supaya tetap menempel pada payudara. Ambil posisi memegang bola, yaitu memegang kepala bayi dengan salah satu tangan, seluruh badan berada di lengan ibu, kedua kaki bayi menghadap punggung ibu. Waktu menyusui, menahan di bawah dagu akan merangsang bayi untuk menghisap. Sebelum bayi disusui, lakukan pengurutan payudara supaya ASI mengalir. Kalau perlu bayi dibantu untuk belajar mengisap dan menelan. (Kosim, 2007)6. Permasalahan Pada BBLR & Pencegahan BBLRMASALAH - MASALAH YANG TERJADI PADA BBLR• Hipotermia : belum matangnya sistem syaraf pengatur suhu tubuh, dan perbedaan suhu bayi dengan lingkungan.• Hipoglikemia : karena berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningkat metabolisme.• Gangguan cairan dan elektrolit• Hiperbilirubinemia : Belum matangnya fungsi hepar, ditandai dengan letargi, kemampuan menghisap menurun, kejang.• Asfiksia : Pada saat persalinan, BBLR mempunyai risiko kurang menyenangka, yaitu asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Hal itu diakibatkan faktor paru yang belum matang.• Infeksi : imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah terinfeksi• Perdarahan intrakranial : Terjadi karena pembuluh darah masih rapuh hingga mudah pecah, yang ditandai dengan pucat dan sianosis, tonus otot menurun.• RDS (Respiratory Distress Syndrome) : Istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama HMD (Hyalin Membrane Disease) atau penyakit membran hyalin, karena pada penyakit ini selalu ditemukan membran hyalin yang melapisi alveoli. (Surasmi, 2003). Penyakit ini dimana terjadi perubahan atau berkurangnya komponen surfaktan pulmonar. Surfaktan adalah suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolaps paru. (Hidayat, 2008)
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun) 4. Dukungan sektor lain yang terkait untuk berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. (Erlina , 2008)
7. Asuhan Keperawatan Pada Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)Pengkajian KeperawatanPengkajian yang dapat dilakukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain : pengukuran berat badan didapatkan hasil kurang dari 2500 gram, panjang badan kurangdari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, adanya kulit tipis dan transparan, adanya kepala lebih besar dari pada badan, adanya lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, jumlah lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar, labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun, tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna, kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat, tali pusat berwarna kuning kehijaun.Diagnosa / masalah keperawatanPada bayi dengan berat badan lahir rendah termasuk kelomplok resiko tinggi dapat ditemukan beberapa diagnosa atau masalah keperawatan yang kemungkinan terjadi diantaranya : tidak efektifnya termoregulasi, intoleras aktivitas, resiko tinggi gangguan integritas kulit dan resiko tinggi infeksi.Intervensi keperawatan• Tidak efektifnya termoregulasiPada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dapat terjadi termoregulasi yang tidak efektif hal ini dapat disebabkan karena jaringan lemak pada subkutan yang kurang, sistem termoregulasi yang imatur, masalah tersebut dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan cara mempertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2 derajat celcius) dengan cara mengkaji temperatur pada axila tiap 1-4 jam, mempertahankan suhu lingkungan yang netral, mempertahankan suhu bayi ke dalam inkubator, mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji status respiratori.• Intoleransi aktivitasIntoleransi aktivitas ini dapat disebabkan karena prematuritas serta sistem susunan syaraf yang imatur, masalah ini dapat diatasi dengan cara mempertahankan kestabilan oksigen dengan melakukan monitoring pada nadi, mengkondisikan lingkungan yang nyaman, menyediakan monitoring jantung dan paru, mengurangi stimulasi denga mengkaji selama aktivitas.• Risiko tinggi gangguan integritas kulitMasalah ini dapat disebabkan karena adanya faktor mekanik, adanya imaturitas pada kulit dan adanya imobilitas, masalah ini dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan mengkaji kulit dan membran mukosa tiap 2-4 jam, mengatur posisi tiap 2-4 jam, menghindari penggunaan lotion, krem atau powder yang berlebihan.Risiko tinggi infeksi ini dapat disebabkan karena sistem imunitas yang masih imatur atau prosedur invasif, masalah ini dapat diatasi dengan mengkaji tanda vital tiap 1-2 jam, mempertahankan lingkungan dalam suhu normal, mempertahankan prinsip aseptik sebelum kontak dengan pasien.
MATERI
1. Definisi & Patofisiologi BBLR 1.1. Definisi Bayi Berat lahir rendah Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. Pada BBLR sering ditemui refleks menghisap atau menelan lemah, bahkan kadang-kadang tidak ada. Bayi cepat lelah, saat menyusu sering tersedak atau malas menghisap dll. (Mansjoer, 2000) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2004) WHO (World Health Organization) menyatakan BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005)Bayi dengan BBLR merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian karena :a. Mungkin terdapat penyakit maternal dan fetal sebagai faktor yang diduga sehingga masih dapat mengurangi kejadian BBLRb. Bahwa bayi dengan BBLR mempunyai resiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi.c. Dampak psikologis dan neurologis setelah hidup dan akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya.d. Masih ada peluang untuk memberikan terapi sehingga upaya menurunkannya daapt dilakukan.e. Bahwa diagnosa dugaan akan terjadi kelahiran dengan BBLR, cukup sulit bahkan perlu menggunakan alat canggih. (Manuaba, 2007)

1.2. PatofisiologiSemakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya :1. Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.2. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu.5. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. 6. Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)

2. Etiologi BBLRa. Faktor ibu Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik, preeklamplsi, anemia dll) Faktor usia Keadaan Sosial Ekonomi Pertumbuhan Berat Badan ibuGangguan VaskularNutrisib. Faktor janin Hydroamnion Kehamilan multiple/ganda Kelainan kromosom Kelainan Kongenitalc. Faktor Lingkungan Tempat tinggal didataran tinggi Radiasi Zat-zat beracun ( Manuaba, 2007)Faktor lainnya yang berhubungan dengan kejadian BBLR Menurut Achadi dan Kusharisupeni (2000) adalah :a. Faktor Gizi- Berat Badan Pra-Hamil- Anemia pada Ibu Hamil- Suplemen Seng pada Ibu Hamil - Zat gizi lainnya (Vit A, Calsium, Magnesium & Asam Folat)b. Faktor Sosial- Status Ekonomi- Pengetahuan- Pendidikan Rendah (Maretha, 2005)
3. Gambaran Klinis BBLRa. Gambaran klinis sebelum bayi dilahirkan :•Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus dan lahir mati.•Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.•Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.•Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.•Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.b. Setelah bayi lahir dibedakan menjadi :- Jaringan lemak bawah kulit sedikit - T ipis, merah dan transparan- Tonus otot yang kurang baik- Abdomen menonjol & kepalanya besar- Garis kulit berkembang kurang sempurna (pada Telapak kaki)- Rambut lanugo biasanya terlihat jelas pada punggung dan bahu - Pada bayi Perempuan, klitorisnya relatif lebih besar dengan vulva yang meregang karena labia mayora menonjol- Pada bayi laki-laki, skrotumnya belum berkembang dengan sempurna- Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas- Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat- Abdomen cekung atau rata- Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan(Thomas, 1992)
4. Klasifikasi BBLR Klasifikasi BBLR berdasarkan berat badan :a. Bayi Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1.000 gram.b. Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 gram. Kebanyakan bayi ini adalah prematur. Bayi ini juga insidens rawat inap di rumah sakit cukup tinggi selama satu tahun pertama hidupnya.c. Bayi berat Badan Lahir Cukup Rendah adalah bayi yang lahir dengan barat badan 1.501 – 2.500 gram. (Surasmi, 2003)Berdasarkan Usia Kehamilan :Prematuritas murniMasa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Berat badannya sesuai dengan masa gestasi. prematuritas murni ini memiliki ciri diantaranya : berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, kulit tipis dan transparan, kepala lebih besar daripada badan, lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar, labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun, tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna.Dismaturitas Sedangkan dismaturitas merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikatakan dismatur apabila bayi memiliki ciri pada preterm seperti pada prematuritas, term dan post term akan dijumpai kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat, tali pusat berwarna kuning kehijaun.
5. Perawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatannya. Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya. Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal. Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning). BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal. Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama. Penanggulangan adalah dengan memberi dukungan agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya. Usahakan agar waktu menyusui singkat (2-3 menit), tetapi sering (tiap 1-2 jam), dan bayi selalu dalam keadaan hangat. Ibu dianjurkan melaksanakan perawatan payudara pasca kelahiran secara sistematis dan teratur.Kepala bayi ditahan supaya tetap menempel pada payudara. Ambil posisi memegang bola, yaitu memegang kepala bayi dengan salah satu tangan, seluruh badan berada di lengan ibu, kedua kaki bayi menghadap punggung ibu. Waktu menyusui, menahan di bawah dagu akan merangsang bayi untuk menghisap. Sebelum bayi disusui, lakukan pengurutan payudara supaya ASI mengalir. Kalau perlu bayi dibantu untuk belajar mengisap dan menelan. (Kosim, 2007)6. Permasalahan Pada BBLR & Pencegahan BBLRMASALAH - MASALAH YANG TERJADI PADA BBLR• Hipotermia : belum matangnya sistem syaraf pengatur suhu tubuh, dan perbedaan suhu bayi dengan lingkungan.• Hipoglikemia : karena berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningkat metabolisme.• Gangguan cairan dan elektrolit• Hiperbilirubinemia : Belum matangnya fungsi hepar, ditandai dengan letargi, kemampuan menghisap menurun, kejang.• Asfiksia : Pada saat persalinan, BBLR mempunyai risiko kurang menyenangka, yaitu asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Hal itu diakibatkan faktor paru yang belum matang.• Infeksi : imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah terinfeksi• Perdarahan intrakranial : Terjadi karena pembuluh darah masih rapuh hingga mudah pecah, yang ditandai dengan pucat dan sianosis, tonus otot menurun.• RDS (Respiratory Distress Syndrome) : Istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama HMD (Hyalin Membrane Disease) atau penyakit membran hyalin, karena pada penyakit ini selalu ditemukan membran hyalin yang melapisi alveoli. (Surasmi, 2003). Penyakit ini dimana terjadi perubahan atau berkurangnya komponen surfaktan pulmonar. Surfaktan adalah suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolaps paru. (Hidayat, 2008)
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun) 4. Dukungan sektor lain yang terkait untuk berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. (Erlina , 2008)
7. Asuhan Keperawatan Pada Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)Pengkajian KeperawatanPengkajian yang dapat dilakukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain : pengukuran berat badan didapatkan hasil kurang dari 2500 gram, panjang badan kurangdari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, adanya kulit tipis dan transparan, adanya kepala lebih besar dari pada badan, adanya lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, jumlah lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar, labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun, tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna, kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat, tali pusat berwarna kuning kehijaun.Diagnosa / masalah keperawatanPada bayi dengan berat badan lahir rendah termasuk kelomplok resiko tinggi dapat ditemukan beberapa diagnosa atau masalah keperawatan yang kemungkinan terjadi diantaranya : tidak efektifnya termoregulasi, intoleras aktivitas, resiko tinggi gangguan integritas kulit dan resiko tinggi infeksi.Intervensi keperawatan• Tidak efektifnya termoregulasiPada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dapat terjadi termoregulasi yang tidak efektif hal ini dapat disebabkan karena jaringan lemak pada subkutan yang kurang, sistem termoregulasi yang imatur, masalah tersebut dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan cara mempertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2 derajat celcius) dengan cara mengkaji temperatur pada axila tiap 1-4 jam, mempertahankan suhu lingkungan yang netral, mempertahankan suhu bayi ke dalam inkubator, mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji status respiratori.• Intoleransi aktivitasIntoleransi aktivitas ini dapat disebabkan karena prematuritas serta sistem susunan syaraf yang imatur, masalah ini dapat diatasi dengan cara mempertahankan kestabilan oksigen dengan melakukan monitoring pada nadi, mengkondisikan lingkungan yang nyaman, menyediakan monitoring jantung dan paru, mengurangi stimulasi denga mengkaji selama aktivitas.• Risiko tinggi gangguan integritas kulitMasalah ini dapat disebabkan karena adanya faktor mekanik, adanya imaturitas pada kulit dan adanya imobilitas, masalah ini dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan mengkaji kulit dan membran mukosa tiap 2-4 jam, mengatur posisi tiap 2-4 jam, menghindari penggunaan lotion, krem atau powder yang berlebihan.Risiko tinggi infeksi ini dapat disebabkan karena sistem imunitas yang masih imatur atau prosedur invasif, masalah ini dapat diatasi dengan mengkaji tanda vital tiap 1-2 jam, mempertahankan lingkungan dalam suhu normal, mempertahankan prinsip aseptik sebelum kontak dengan pasien.

Rabu, 11 Februari 2009

media



Titi DJ - Separuh Hidupku Mp3 Codes

"Caring"

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Landasan Teori
Keperawatan adalah suatu interaksi antara perawat dan klien, perawat dan profesional kesehatan lain. Proses interaksi manusia terjadi melalui komunikasi : verbal dan non verbal, tertulis dan tidak tertulis, terencana dan tidak terencana. Komunikasi diantara manusia menyampaikan pikiran, ide, perasaan dan informasi. Agar perawat efektif dalam berinteraksi, mereka harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik.
Komunikasi dapat didefinisikan sebagai pemberian atau pertukaran informasi dengan cara verbal atau tertulis. Kozier dan rekan (2000) mendefinisikan komunikasi sebagai “Suatu proses dua arah yang meliputi pengiriman dan penerimaan pesan”. Sherman (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai berbagai pengalaman dan berbagai perasaan dan emosi. Konsep ini ditemukan pada komunikasi efektif. Perawat yang berkomunikasi secara efektif lebih mampu membina hubungan yang berhasil antara diri mereka sendiri dan orang lain, termasuk klien dan keluarga serta komponen masyarakat lainnya. Komunikasi yang efektif juga dapat mencegah banyak kesalahan yang menyebabkan insiden legal yang berkaitan dengan praktik keperawatan.
Ciri Komunikasi yang efektif itu salah satunya adalah jika didalamnya terdapat sikap atau perilaku “Caring” perawat yang profesional terhadap klien atau keluarga dan orang lainnya. Sehingga tercipta hubungan yang baik antara perawat dan klien.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan. Konsep caring pun mengalami perkembangan yang pesat.
Beberapa tokoh keperawatan seperti Watson (1979), Leininger (1984), Benner (1989), menempatkan caring sebagai dasar dalam praktek keperawatan. Diperkirakan bahwa ¾ pelayanan kesehatan adalah caring sedangkan ¼ adalah curing. Jika perawat sebagai suatu kelompok profesi yang bekerja selama 24 jam di rumah sakit lebih menekankan caring sebagai pusat dan aspek yang dominan dalam pelayanannya maka tak dapat disangkal lagi bahwa perawat akan membuat suatu perbedaan yang besar antara caring dan curing (Marriner A-Tomey, 1998). Kenyataan yang dihadapi saat ini adalah bahwa kebanyakan perawat terlibat secara aktif dan memusatkan diri pada fenomena medik seperti cara diagnostik dan cara pengobatan. (Wiyana, 2008)


1.2. Tujuan
Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kan kesabaran saja. Sebagai profesi utuh, perawat harus punya “body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktek keperawatan ke profesian yang didasari motivasi altruistik, punya standar kompetensi dan kode etik profesi. Dalam makalah ini di bahas bagaimana komunikasi seorang perawat melalui “Caring” atau kepedulian mereka terhadap klien, keluarga serta profesi lainnya. Komunikasi yang dilakukan dengan baik dapat memberikan hubungan yang baik serta mempermudah dalam proses penyembuhan. Sehingga diharapkan pelayanan keperawatan akan lebih bermutu. Serta setiap perawat dapat menerapkan “caring” dalam aplikasinya dalam merawat klien.


BAB II
PERMASALAHAN

Permasalahan dalam makalah ini adalah :
A. Definisi “Caring”
B.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Caring
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdediksi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam praktik keperawatan.
Rubenfeld (1999), mendefinisikan “Caring” : memberikan asuhan , dukungan emosional pada klien, keluarga dan kerabatnya secara verbal maupun non verbal. Jean Watson (1985), “Caring” merupakan komitmen moral untuk melindungi, mempertahankan dan meningkatkan martabat manusia.
Konsep Penting “Caring”
Faktor Carative
Jean Watson merupakan penggagas teori yang banyak mempengaruhi pendekatan keperawatan dan meletakkan dasar humanisme pada keseluruhan aspek bidang kajian keperawatan. Konsep yang dikemukakan tentang esensi manusia dengan keutuhan dan sifat-sifat kemanusiaannya serta esensi caring menjadi fondasi bagaimana seharusnya perawat memperlakukan manusia lain (termasuk pasien/klien) dan diri sendiri. Watson meyakini praktik caring sangatlah penting untuk keperawatan ; ini adalah fokus pemersatu untuk praktik. Dua asumsi utama yang mendasari nilai perawatan manusia dalam keperawatan :
1. Care and love merupakan energi fisik dasar dan universal
2. Care dan love adalah syarat untuk kelangsungan hidup kita dan makanan untuk kemanusiaan.
Intervensi keperawatan yang terkait dengan perawatan manusia disebut faktor Carative, yang mestinya menjadi pembentuk perilaku caring yaitu :
• Forming a humanistic – altruistic
Faktor ini berkaitan dengan kepuasan melalui memberi dan memperluas rasa diri (sense of self). Meskipun nilai dipelajari pada awal kehidupan, nilai dapat langsung dipengaruhi oleh pendidik.
• Instilling faith & hope (Mengajarkan agar orang lain percaya dan mempunyai pengharapan : fasilitas optimisme, menyesuaikan diri)
• Cultivating sensitivity to one’s self (Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain)
• Developing a helping – trust relation (Membina hubungan saling percaya : jujur, empati)
• Expressing & feeling (Mengekspresikan perasaan positif dan negatif)
• Using creative problem-solving caring process (Mengambil keputusan dengan menggunakan metode pemecahan masalah yang ilmiah dan sistemik)
• Promoting interpersonal teaching – learning (Meningkatkan proses belajar)
• Providing a supportive, protective, or corrective mental-phisical sociocultural & spiritual environment. (Memberikan lingkungan fisik, mental, sosio kultural dan spiritual yang bersifat suportif, protektif dan korektif )
• Assisting with the gratification of human needs (Membantu dalam pemenuhan kebutuhan dasar)
• Allowing for existential-phenomenologic forces (Memberi kesempatan untuk mengekspresikan aspek manusia)
(Susilaningsih, 2008)
Dari kesepuluh carrative factors diatas, Caring dalam keperawatan menyangkut upaya memperlakukan klien secara manusiawi dan utuh sebagai manusia yang berbeda dari manusia lainnya (Watson,1985) ini berkenaan dengan proses yang humanitis dalam menentukan kondisi terpenuhi tidaknya kebutuhan dasar manusia dan melakukan upaya pemenuhannya melalui berbagai bentuk intervensi yang bukan hanya berupa kemampuan teknis tetapi disertai “warmth, kindness, compassion”.
Faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum memahami orang lain. Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adlah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
Pembahasan di atas telah menunjukkan bahwa teori caring yang dikemukakan oleh Watson menekankan akan kebutuhan klien secara jasmani dan kebutuhan pendekatan spiritual bagi iman klien. Dengan demikian, perawat dituntut untuk mengenal dirinya sendiri secara spiritual dan menerapkannya dalam profesi keperawatan dalam memberikan perawatan dengan cinta dan caring. Jadi, dari teori caring menurut Watson dapat disimpulkan bahwa adanya keseimbangan antara aspek jasmani dan spiritual dalam asuhan keperawatan. (Sujana, 2008)
Lima C dari Caring, Roach (1984) :
1. Compassion (Kasih sayang)
2. Competence (Kompetensi)
3. Conscience (Kesadaran)
4. Confidence (Kepercayaan)
5. Commitment (Komitmen)
Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan beberapa komponen yang harus dilaksanakan oleh tim keperwatan yaitu :
(1) Terlihat sikap caring ketika harus memberikan asuhan keperawatan kepada klien
(2) Adanya hubungan perawat - klien yang terapeutik
(3) Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain
(4) Kemampun dalam memenuhi kebutuhan klien
(5) Kegiatan jaminan mutu (quality assurance).
SIKAP “CARING”
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat dapat memperlihatkan sikap caring kepada klien. Dalam memberikan asuhan, perawat menggunakan
a. Keahlian
b. Kata-kata yang lemah lembut
c. Sentuhan
d. Memberikan harapan
e. Selalu berada disamping klien
f. Bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan
SPIRIT CARING
Para perawat dapat diminta untuk merawat, namun meraka tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring. Spirit caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan kepada klien.
Caring juga didefinisikan sebagai tindakan yang bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatikan emosi sambil meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999). Sikap ini diberikan memalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Prilaku caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini, bersikap caring untuk klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan.

.Karakteristik “Caring”
Menurut Wolf dan Barnum (1998) :
1. Mendengar dengan perhatian
2. Memberi rasa nyaman
3. Berkata Jujur
4. Memiliki kesabaran
5. Bertanggung jawab
6. Memberi informasi sehingga klien dapat mengambil keputusan
7. Memberi sentuhan
8. Memajukan sensitifitas
9. Menunjukan rasa hormat pada klien
10. Memanggil klien dengan namanya
Sedangkan menurut Meyer (1971) komponen utama “Caring” adalah :
 Pengetahuan
 Kesabaran
 Kejujuran
 Kepercayaan
 Kerendahan Hati
 Harapan
 Keberanian
Madeleine Leinigner (1991) menyatakan bahwa “perawatan manusia adalah intisar keperawatan dan nyata, dimensi pusat dan koheren, yang pada akhirna menjadi fokus utama kita. Merawat, menembus dan memelihara jaringan hidup keperawatan. Perawat makin menjadi ‘penulis kreatif’ bagi hidupnya sendiri, sebuah kehidupan yang tinggal dalam hubungan dan penghubung dan saling menghubungkan dengan orang lain. ‘Caring’ adalah cara keperawatan. Hal ini bagaimanapun perlu dijabarkan untuk mendapatkan kejelasan. Pelajar keperawatan perlu menggal secara dalam untuk menemukan nilai yang tersimpan, arti pribadi dari keperawatan yang akan berlanjut menjadi pemeliharaan hubungan pendekatan yang dalam dengan orang lain, itulah keperawatan, komitmen merawat itu harus membuat kontribusi pokok yang jelas dari perawat untuk memberikan perawatan kesehatan pada individu, keluarga dan komunitas pada saat ini dan masa yang akan datang. (Basford, 2006)
Care sebagai sebuah ide moral
Care adalah semangat, tindakan penting dari inti keperawatan, kekuatan yang menyatakan, proses dinamik dan intisari struktural. Care adalah nilai, caring adalah sebuah kebaikan. Mayerhoff (1971) memberikan informasi yang berhubungan dengan nilai care. Dalam konteks kehidupan manusia, caring sebagai salah satu cara mengatur nilai-nilainya yang lain dan aktivitas sekitarnya. Bila pengaturan ini komprehensif, karena keterlibatan caring-nya terdapat stabilitas dasar dalam kehidupannya. Dengan melayani caring, seseorang manusia hidup dalam kehidupan sendiri yang berarti.
Carper (1979) “Caring sebagai nilai profesional dan nilai pribadi adalah pusat penting dalam memberikan standar normatif yang mengatur tindakan dan sikap kita untuk care kepada siapa. Dalam suatu dunia ketika ada kesepakatan yang besar tentang kesendirian, nyeri, penderitaan, kesakitan, dan tragedi ketika itu pula kebutuhan care menjadi penting.
Kita harus secara serius bercermin pada apa yang kita inginkan dan apa yang kita cari. Dan ini adalah dasar dari caring kita. Berdasarkan Greene (1990) caring adalah dasar keberadaan etik. Ia menyatakan bahwa “Praktek yang digambarkan dalam pelayanan manusia harus dimulai dari kesadaran terhadap situasi, khususnya perasaan dan kepedulia. Harapannya adalah bahwa makin dan makin banyak praktisi akan berespons terhadap pentingnya caring imperatif dan berpikir apa artinya memilih diri mereka sendiri dalam kaitannya dengan kebutuhannya.
Olsen (1993) “baik caring dan keadilan berbicara tentang rasa moral kebaikan kita”. Mungkin saja tidak ada kebaikan yang tidak dapat mensintesis kedua konsep tersebut, memahami dan menghormati orang lain adalah penting dalam tugas ini. Ini mengikuti bahwa faktor yang lebih luas atau dasar seorang menggunakan care terhadap orang lain, orang lain akan lebih care.
Membangun pribadi Caring
Untuk membangun pribadi Caring, perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang manusia, aspek tumbuh kembang, respon terhadap lingkungan yang terus berubah, keterbatasan dan kekuatan serta kebutuhan-kebutuhan manusia. Bukan berarti kalau pengetahuan perawat tentang Caring meningkat akan menyokong perubahan perilaku perawat.
Caring dalam asuhan keperawatan merupakan bagian dari bentuk kinerja perawat dalam merawat pasien. Secara teoritik ada tiga kelokmpok variabel yang mempengaruhi kinerja tenaga kesehatan diantaranya:
a. Variabel Individu
b. Variabel Psikologis
b. Variabel Organisasi.
Menurut Gibson(1987) yang termasuk variabel individu adalah kemampuan dan ketrampilan, latar belakang dan demografi. Variable psikologi merupakan persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Dan variabel organisasi adalah kepemimpinan, sumber daya, imbalan struktur dan desain pekerjaan. Dengan demikian membangun pribadi Caring perawat harus menggunakan tiga pendekatan. Pendekatan individu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan caring. Pendekatan organisasi dapat dilakukan melalui perencanaan pengembangan, imbalan atau yang terkait dengan kepuasan kerja perawat dan serta adanya effektive leadership dalam keperawatan. Peran organisasi(rumah sakit) adalah menciptakan iklim kerja yang kondusif dalam keperawatan melalui kepemmpinan yang efektif, perencanaan jenjang karir perawat yang terstruktur, pengembangan system remunerasi yang seimbang dan berbagai bentuk pencapaian kepuasan kerja perawat. Karena itu semua dapat berdampak pada meningkatnya motivasi dan kinerja perawat dalam caring.
Akan tetapi tidak mudah merubah perilaku seseorang dalam waktu yang singkat. Bukan pekerjaan yang mudah untuk merubah perilaku seseorang. Yang terbaik adalah membentuk Caring perawat sejak dini, yaitu sejak berada dalam pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam membangun caring perawat sangat penting. Dalam penyusunan kurikulum pendidikan perawatan harus selalu memasukkan unsur caring dalam setiap mata kuliah. Penekanan pada humansitik, kepedulian dan kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring yang lain harus ada dalam pendidikan perawatan. Andaikata pada saat rekruitmen sudah ada system yang bisa menemukan bagaimana sikap caring calon mahasiswa keperawatan itu akan membuat perbedaan yang mendasar antara perawat sekarang dan yang akan datang dalam perilaku caring – nya.





DAFTAR PUSTAKA


Copel, Linda Carman. (2007). Kesehatan Jiwa & Pskiatri. Jakarta : EGC.
Mulyana, Dedi. (2007). Ilmu Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Kozier, Barbara. Et all. (2007). Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC.

Senin, 09 Februari 2009

Puisi

Jika sendiri janganlah merasa sendiri,
Ada Allah yang mengawasi
Jika sedih jangan dipendam,
Ada Allah tempat berbagi
Jika susah jangan menjadi pilu,
Ada Allah tempat mengadu
Jika gagal jangan putus asa,
Ada Allah tempat meminta
Jika bahagia jangan menjadi lupa,
Ada Allah tempat memuja
By : Ju-Lie

Tuhan…
Jadikan ia seindah senja-Mu
Tuhan…
Biarkan ia mewangi seperti mawar di taman surga-Mu
Tuhan…
Peluk ia disaat ia merasa sedih
Tuhan…
Jaga ia disaat ia sendiri
…karena dia…
Pelita hidup-Q

Ada kasih saat kau hadir
Ada tawa saat kau ada
Ada duka saat kau hilang
Ada cinta saat kau disini
Ada dusta saat kau bohong
Ada tangis saat kau pergi
MAAFKAN

Maafkan aku….
Bila kata itu yang aku ucapkan lagi untuk mu
Karena aku sangat cinta dan sayang kamu

Maafkan aku….
Bila aku tidak bisa melupakan
Wajahmu.. Senyummu.. Dan tatapan matamu…
Karena aku sangat mengagumi dirimu

Maafkan aku ……
Sampai detik ini
Aku tidak bisa membuang
Dan menyakiti nama mu dengan yang lain

Pernahkah engkau mencoba
Untuk selalu menemaniku
Sampai batas waktu mengakhiri

Kuingin kau mengerti
Apa yang aku rasakan sekarang ….!!
Kuingin kau memahami
Apa yang ada di hati ku sekarang…!!

By. Joul 06”

WISE WORD

WISE WORD

Kepengecutan yang paling besar adalah ketika kita membuktikan kekuatan kita pada kelemahan orang lain. (Jacques Audiberti).

Teman sejati adalah ia yang meraih tangan anda dan menyentuh hati anda.

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kita jatuh.

Apapun kebaikan yang terjadi pada mu (asalnya) dari Alloh, dan apa pun yang buruk menimpa dirimu, (asalnya) dari dirimu. (Q.S. An-Nisaa)

Kamis, 15 Januari 2009

BBLR

1. Definisi & Patofisiologi BBLR
1.1. Definisi
Bayi Berat lahir rendah Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. Pada BBLR sering ditemui refleks menghisap atau menelan lemah, bahkan kadang-kadang tidak ada. Bayi cepat lelah, saat menyusu sering tersedak atau malas menghisap dll. (Mansjoer, 2000)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2004)
WHO (World Health Organization) menyatakan BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005)
Bayi dengan BBLR merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian karena :
a. Mungkin terdapat penyakit maternal dan fetal sebagai faktor yang diduga sehingga masih dapat mengurangi kejadian BBLR
b. Bahwa bayi dengan BBLR mempunyai resiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi.
c. Dampak psikologis dan neurologis setelah hidup dan akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya.
d. Masih ada peluang untuk memberikan terapi sehingga upaya menurunkannya daapt dilakukan.
e. Bahwa diagnosa dugaan akan terjadi kelahiran dengan BBLR, cukup sulit bahkan perlu menggunakan alat canggih. (Manuaba, 2007)