Sabtu, 25 April 2009

feeling

aku harus bisa...walaupun ini sangat sulit bagiku...

BBLR

MATERI
1. Definisi & Patofisiologi BBLR 1.1. Definisi Bayi Berat lahir rendah Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. Pada BBLR sering ditemui refleks menghisap atau menelan lemah, bahkan kadang-kadang tidak ada. Bayi cepat lelah, saat menyusu sering tersedak atau malas menghisap dll. (Mansjoer, 2000) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2004) WHO (World Health Organization) menyatakan BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005)Bayi dengan BBLR merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian karena :a. Mungkin terdapat penyakit maternal dan fetal sebagai faktor yang diduga sehingga masih dapat mengurangi kejadian BBLRb. Bahwa bayi dengan BBLR mempunyai resiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi.c. Dampak psikologis dan neurologis setelah hidup dan akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya.d. Masih ada peluang untuk memberikan terapi sehingga upaya menurunkannya daapt dilakukan.e. Bahwa diagnosa dugaan akan terjadi kelahiran dengan BBLR, cukup sulit bahkan perlu menggunakan alat canggih. (Manuaba, 2007)

1.2. PatofisiologiSemakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya :1. Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.2. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu.5. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. 6. Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)

2. Etiologi BBLRa. Faktor ibu Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik, preeklamplsi, anemia dll) Faktor usia Keadaan Sosial Ekonomi Pertumbuhan Berat Badan ibuGangguan VaskularNutrisib. Faktor janin Hydroamnion Kehamilan multiple/ganda Kelainan kromosom Kelainan Kongenitalc. Faktor Lingkungan Tempat tinggal didataran tinggi Radiasi Zat-zat beracun ( Manuaba, 2007)Faktor lainnya yang berhubungan dengan kejadian BBLR Menurut Achadi dan Kusharisupeni (2000) adalah :a. Faktor Gizi- Berat Badan Pra-Hamil- Anemia pada Ibu Hamil- Suplemen Seng pada Ibu Hamil - Zat gizi lainnya (Vit A, Calsium, Magnesium & Asam Folat)b. Faktor Sosial- Status Ekonomi- Pengetahuan- Pendidikan Rendah (Maretha, 2005)
3. Gambaran Klinis BBLRa. Gambaran klinis sebelum bayi dilahirkan :•Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus dan lahir mati.•Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.•Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.•Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.•Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.b. Setelah bayi lahir dibedakan menjadi :- Jaringan lemak bawah kulit sedikit - T ipis, merah dan transparan- Tonus otot yang kurang baik- Abdomen menonjol & kepalanya besar- Garis kulit berkembang kurang sempurna (pada Telapak kaki)- Rambut lanugo biasanya terlihat jelas pada punggung dan bahu - Pada bayi Perempuan, klitorisnya relatif lebih besar dengan vulva yang meregang karena labia mayora menonjol- Pada bayi laki-laki, skrotumnya belum berkembang dengan sempurna- Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas- Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat- Abdomen cekung atau rata- Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan(Thomas, 1992)
4. Klasifikasi BBLR Klasifikasi BBLR berdasarkan berat badan :a. Bayi Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1.000 gram.b. Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 gram. Kebanyakan bayi ini adalah prematur. Bayi ini juga insidens rawat inap di rumah sakit cukup tinggi selama satu tahun pertama hidupnya.c. Bayi berat Badan Lahir Cukup Rendah adalah bayi yang lahir dengan barat badan 1.501 – 2.500 gram. (Surasmi, 2003)Berdasarkan Usia Kehamilan :Prematuritas murniMasa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Berat badannya sesuai dengan masa gestasi. prematuritas murni ini memiliki ciri diantaranya : berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, kulit tipis dan transparan, kepala lebih besar daripada badan, lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar, labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun, tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna.Dismaturitas Sedangkan dismaturitas merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikatakan dismatur apabila bayi memiliki ciri pada preterm seperti pada prematuritas, term dan post term akan dijumpai kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat, tali pusat berwarna kuning kehijaun.
5. Perawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatannya. Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya. Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal. Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning). BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal. Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama. Penanggulangan adalah dengan memberi dukungan agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya. Usahakan agar waktu menyusui singkat (2-3 menit), tetapi sering (tiap 1-2 jam), dan bayi selalu dalam keadaan hangat. Ibu dianjurkan melaksanakan perawatan payudara pasca kelahiran secara sistematis dan teratur.Kepala bayi ditahan supaya tetap menempel pada payudara. Ambil posisi memegang bola, yaitu memegang kepala bayi dengan salah satu tangan, seluruh badan berada di lengan ibu, kedua kaki bayi menghadap punggung ibu. Waktu menyusui, menahan di bawah dagu akan merangsang bayi untuk menghisap. Sebelum bayi disusui, lakukan pengurutan payudara supaya ASI mengalir. Kalau perlu bayi dibantu untuk belajar mengisap dan menelan. (Kosim, 2007)6. Permasalahan Pada BBLR & Pencegahan BBLRMASALAH - MASALAH YANG TERJADI PADA BBLR• Hipotermia : belum matangnya sistem syaraf pengatur suhu tubuh, dan perbedaan suhu bayi dengan lingkungan.• Hipoglikemia : karena berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningkat metabolisme.• Gangguan cairan dan elektrolit• Hiperbilirubinemia : Belum matangnya fungsi hepar, ditandai dengan letargi, kemampuan menghisap menurun, kejang.• Asfiksia : Pada saat persalinan, BBLR mempunyai risiko kurang menyenangka, yaitu asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Hal itu diakibatkan faktor paru yang belum matang.• Infeksi : imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah terinfeksi• Perdarahan intrakranial : Terjadi karena pembuluh darah masih rapuh hingga mudah pecah, yang ditandai dengan pucat dan sianosis, tonus otot menurun.• RDS (Respiratory Distress Syndrome) : Istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama HMD (Hyalin Membrane Disease) atau penyakit membran hyalin, karena pada penyakit ini selalu ditemukan membran hyalin yang melapisi alveoli. (Surasmi, 2003). Penyakit ini dimana terjadi perubahan atau berkurangnya komponen surfaktan pulmonar. Surfaktan adalah suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolaps paru. (Hidayat, 2008)
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun) 4. Dukungan sektor lain yang terkait untuk berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. (Erlina , 2008)
7. Asuhan Keperawatan Pada Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)Pengkajian KeperawatanPengkajian yang dapat dilakukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain : pengukuran berat badan didapatkan hasil kurang dari 2500 gram, panjang badan kurangdari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, adanya kulit tipis dan transparan, adanya kepala lebih besar dari pada badan, adanya lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, jumlah lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar, labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun, tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna, kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat, tali pusat berwarna kuning kehijaun.Diagnosa / masalah keperawatanPada bayi dengan berat badan lahir rendah termasuk kelomplok resiko tinggi dapat ditemukan beberapa diagnosa atau masalah keperawatan yang kemungkinan terjadi diantaranya : tidak efektifnya termoregulasi, intoleras aktivitas, resiko tinggi gangguan integritas kulit dan resiko tinggi infeksi.Intervensi keperawatan• Tidak efektifnya termoregulasiPada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dapat terjadi termoregulasi yang tidak efektif hal ini dapat disebabkan karena jaringan lemak pada subkutan yang kurang, sistem termoregulasi yang imatur, masalah tersebut dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan cara mempertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2 derajat celcius) dengan cara mengkaji temperatur pada axila tiap 1-4 jam, mempertahankan suhu lingkungan yang netral, mempertahankan suhu bayi ke dalam inkubator, mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji status respiratori.• Intoleransi aktivitasIntoleransi aktivitas ini dapat disebabkan karena prematuritas serta sistem susunan syaraf yang imatur, masalah ini dapat diatasi dengan cara mempertahankan kestabilan oksigen dengan melakukan monitoring pada nadi, mengkondisikan lingkungan yang nyaman, menyediakan monitoring jantung dan paru, mengurangi stimulasi denga mengkaji selama aktivitas.• Risiko tinggi gangguan integritas kulitMasalah ini dapat disebabkan karena adanya faktor mekanik, adanya imaturitas pada kulit dan adanya imobilitas, masalah ini dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan mengkaji kulit dan membran mukosa tiap 2-4 jam, mengatur posisi tiap 2-4 jam, menghindari penggunaan lotion, krem atau powder yang berlebihan.Risiko tinggi infeksi ini dapat disebabkan karena sistem imunitas yang masih imatur atau prosedur invasif, masalah ini dapat diatasi dengan mengkaji tanda vital tiap 1-2 jam, mempertahankan lingkungan dalam suhu normal, mempertahankan prinsip aseptik sebelum kontak dengan pasien.
MATERI
1. Definisi & Patofisiologi BBLR 1.1. Definisi Bayi Berat lahir rendah Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan umur kehamilan. Pada BBLR sering ditemui refleks menghisap atau menelan lemah, bahkan kadang-kadang tidak ada. Bayi cepat lelah, saat menyusu sering tersedak atau malas menghisap dll. (Mansjoer, 2000) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2004) WHO (World Health Organization) menyatakan BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005)Bayi dengan BBLR merupakan masalah yang perlu mendapatkan perhatian karena :a. Mungkin terdapat penyakit maternal dan fetal sebagai faktor yang diduga sehingga masih dapat mengurangi kejadian BBLRb. Bahwa bayi dengan BBLR mempunyai resiko mortalitas dan morbiditas yang tinggi.c. Dampak psikologis dan neurologis setelah hidup dan akan menjadi masalah baru dalam lingkungan keluarganya.d. Masih ada peluang untuk memberikan terapi sehingga upaya menurunkannya daapt dilakukan.e. Bahwa diagnosa dugaan akan terjadi kelahiran dengan BBLR, cukup sulit bahkan perlu menggunakan alat canggih. (Manuaba, 2007)

1.2. PatofisiologiSemakin kecil dan semakin prematur bayi itu maka semakin tinggi risiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek pada masalah gizinya :1. Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral, seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia.2. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh. BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar 108 kkal/kg/hari3. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia, belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi preterm4. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34 minggu.5. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu makanan secara oral. 6. Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)

2. Etiologi BBLRa. Faktor ibu Faktor penyakit (toksemia gravidarum, trauma fisik, preeklamplsi, anemia dll) Faktor usia Keadaan Sosial Ekonomi Pertumbuhan Berat Badan ibuGangguan VaskularNutrisib. Faktor janin Hydroamnion Kehamilan multiple/ganda Kelainan kromosom Kelainan Kongenitalc. Faktor Lingkungan Tempat tinggal didataran tinggi Radiasi Zat-zat beracun ( Manuaba, 2007)Faktor lainnya yang berhubungan dengan kejadian BBLR Menurut Achadi dan Kusharisupeni (2000) adalah :a. Faktor Gizi- Berat Badan Pra-Hamil- Anemia pada Ibu Hamil- Suplemen Seng pada Ibu Hamil - Zat gizi lainnya (Vit A, Calsium, Magnesium & Asam Folat)b. Faktor Sosial- Status Ekonomi- Pengetahuan- Pendidikan Rendah (Maretha, 2005)
3. Gambaran Klinis BBLRa. Gambaran klinis sebelum bayi dilahirkan :•Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus dan lahir mati.•Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.•Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.•Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.•Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.b. Setelah bayi lahir dibedakan menjadi :- Jaringan lemak bawah kulit sedikit - T ipis, merah dan transparan- Tonus otot yang kurang baik- Abdomen menonjol & kepalanya besar- Garis kulit berkembang kurang sempurna (pada Telapak kaki)- Rambut lanugo biasanya terlihat jelas pada punggung dan bahu - Pada bayi Perempuan, klitorisnya relatif lebih besar dengan vulva yang meregang karena labia mayora menonjol- Pada bayi laki-laki, skrotumnya belum berkembang dengan sempurna- Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas- Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat- Abdomen cekung atau rata- Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan(Thomas, 1992)
4. Klasifikasi BBLR Klasifikasi BBLR berdasarkan berat badan :a. Bayi Berat Badan Lahir Amat Sangat Rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1.000 gram.b. Bayi Berat Badan Lahir Sangat Rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang dari 1.500 gram. Kebanyakan bayi ini adalah prematur. Bayi ini juga insidens rawat inap di rumah sakit cukup tinggi selama satu tahun pertama hidupnya.c. Bayi berat Badan Lahir Cukup Rendah adalah bayi yang lahir dengan barat badan 1.501 – 2.500 gram. (Surasmi, 2003)Berdasarkan Usia Kehamilan :Prematuritas murniMasa Gestasi kurang dari 37 minggu dan Berat badannya sesuai dengan masa gestasi. prematuritas murni ini memiliki ciri diantaranya : berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, kulit tipis dan transparan, kepala lebih besar daripada badan, lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis,telinga dan lengan, lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar, labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun, tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna.Dismaturitas Sedangkan dismaturitas merupakan bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari berat berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, dikatakan dismatur apabila bayi memiliki ciri pada preterm seperti pada prematuritas, term dan post term akan dijumpai kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat, tali pusat berwarna kuning kehijaun.
5. Perawatan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Prinsip penting dalam perawatan BBLR setelah lahir adalah mempertahankan suhu bayi agar tetap normal, pemberian minum, dan pencegahan infeksi. Bayi dengan BBLR juga sangat rentan terjadinya hiportemia, karena tipisnya cadangan lemak di bawah kulit dan masih belum matangnya pusat pengatur panas di otak. Untuk itu BBLR harus selalu dijaga kehangatannya. Cara paling efektif mempertahankan suhu tubuh normal adalah sering memeluk dan menggendong bayi. Ada suatu cara yang disebut metode kangguru atau perawatan bayi lekat, yaitu bayi selalu didekap ibu atau orang lain dengan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibu atau pengasuhnya dengan cara selalu menggendongnya. Cara lain, bayi jangan segera dimandikan sebelum berusia enam jam sesudah lahir , bayi selalu diselimuti dan ditutup kepalanya. Minum sangat diperlukan BBLR, selain untuk pertumbuhan juga harus ada cadangan kalori untuk mengejar ketinggalan beratnya. Minuman utama dan pertama adalah air susu ibu (ASI) yang sudah tidak diragukan lagi keuntungan atau kelebihannya. Disarankan bayi menyusu ASI ibunya sendiri, terutama untuk bayi prematur. ASI ibu memang paling cocok untuknya, karena di dalamnya terkandung kalori dan protein tinggi serat elektrolit minimal. Namun, refleks menghisap dan menelan BBLR biasanya masih sangat lemah, untuk itu diperlukan pemberian ASI peras yang disendokkan ke mulutnya atau bila sangat terpaksa dengan pipa lambung. Susu formula khusus BBLR bisa diberikan bila ASI tidak dapat diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan mengakibatkan ikterus (bayi kuning). BBLR sangat rentan terhadap terjadinya infeksi sesudah lahir. Karena itu, tangan harus dicuci bersih sebelum dan sesudah memegang bayi, segera membersihkan bayi bila kencing atau buang air besar, tidak mengizinkan menjenguk bayi bila sedang menderita sakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan pemberian imunisasi sesuai dengan jadwal. Untuk tumbuh, BBLR harus mendapat asupan nutrien berupa minuman mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta vitamin yang lebih dari bayi bukan BBLR. Penting dipertahikan agar zat tersebut betul-betul dapat digunakan hanya untuk tumbuh, tidak dipakai untuk melawan infeksi. Biasanya BBLR dapat mengejar ketinggalannya paling lambat dalam enam bulan pertama. Penanggulangan adalah dengan memberi dukungan agar ibu mau dan mampu menyusui bayinya. Usahakan agar waktu menyusui singkat (2-3 menit), tetapi sering (tiap 1-2 jam), dan bayi selalu dalam keadaan hangat. Ibu dianjurkan melaksanakan perawatan payudara pasca kelahiran secara sistematis dan teratur.Kepala bayi ditahan supaya tetap menempel pada payudara. Ambil posisi memegang bola, yaitu memegang kepala bayi dengan salah satu tangan, seluruh badan berada di lengan ibu, kedua kaki bayi menghadap punggung ibu. Waktu menyusui, menahan di bawah dagu akan merangsang bayi untuk menghisap. Sebelum bayi disusui, lakukan pengurutan payudara supaya ASI mengalir. Kalau perlu bayi dibantu untuk belajar mengisap dan menelan. (Kosim, 2007)6. Permasalahan Pada BBLR & Pencegahan BBLRMASALAH - MASALAH YANG TERJADI PADA BBLR• Hipotermia : belum matangnya sistem syaraf pengatur suhu tubuh, dan perbedaan suhu bayi dengan lingkungan.• Hipoglikemia : karena berkurangnya cadangan glikogen hati dan meningkat metabolisme.• Gangguan cairan dan elektrolit• Hiperbilirubinemia : Belum matangnya fungsi hepar, ditandai dengan letargi, kemampuan menghisap menurun, kejang.• Asfiksia : Pada saat persalinan, BBLR mempunyai risiko kurang menyenangka, yaitu asfiksia atau gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa menit setelah lahir. Hal itu diakibatkan faktor paru yang belum matang.• Infeksi : imunitas humoral dan seluler masih kurang hingga bayi mudah terinfeksi• Perdarahan intrakranial : Terjadi karena pembuluh darah masih rapuh hingga mudah pecah, yang ditandai dengan pucat dan sianosis, tonus otot menurun.• RDS (Respiratory Distress Syndrome) : Istilah yang digunakan untuk disfungsi pernafasan pada neonatus. Gangguan ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan keterlambatan perkembangan maturitas paru. Gangguan ini biasanya juga dikenal dengan nama HMD (Hyalin Membrane Disease) atau penyakit membran hyalin, karena pada penyakit ini selalu ditemukan membran hyalin yang melapisi alveoli. (Surasmi, 2003). Penyakit ini dimana terjadi perubahan atau berkurangnya komponen surfaktan pulmonar. Surfaktan adalah suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolaps paru. (Hidayat, 2008)
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun) 4. Dukungan sektor lain yang terkait untuk berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil. (Erlina , 2008)
7. Asuhan Keperawatan Pada Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)Pengkajian KeperawatanPengkajian yang dapat dilakukan pada bayi dengan berat badan lahir rendah antara lain : pengukuran berat badan didapatkan hasil kurang dari 2500 gram, panjang badan kurangdari 45 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, dan lingkar dada kurang dari 33 cm, masa gestasinya kurang dari 37 minggu, adanya kulit tipis dan transparan, adanya kepala lebih besar dari pada badan, adanya lanugo banyak terutama pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, jumlah lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar, labio minora belum tertutup oleh labia mayora (pada wanita) dan pada laki-laki testis belum turun, tulang rawan dan daun telinga imatur, bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah, tangisan lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami serangan apnea reflek tonus leher lemah, reflek menghisap dan menelan serta reflek batuk belum sempurna, kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada, kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis, jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat, tali pusat berwarna kuning kehijaun.Diagnosa / masalah keperawatanPada bayi dengan berat badan lahir rendah termasuk kelomplok resiko tinggi dapat ditemukan beberapa diagnosa atau masalah keperawatan yang kemungkinan terjadi diantaranya : tidak efektifnya termoregulasi, intoleras aktivitas, resiko tinggi gangguan integritas kulit dan resiko tinggi infeksi.Intervensi keperawatan• Tidak efektifnya termoregulasiPada bayi baru lahir dengan berat badan lahir rendah dapat terjadi termoregulasi yang tidak efektif hal ini dapat disebabkan karena jaringan lemak pada subkutan yang kurang, sistem termoregulasi yang imatur, masalah tersebut dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan cara mempertahankan temperatur pada aksila (36,5-37,2 derajat celcius) dengan cara mengkaji temperatur pada axila tiap 1-4 jam, mempertahankan suhu lingkungan yang netral, mempertahankan suhu bayi ke dalam inkubator, mempertahankan kestabilan kebutuhan oksigen dengan mengkaji status respiratori.• Intoleransi aktivitasIntoleransi aktivitas ini dapat disebabkan karena prematuritas serta sistem susunan syaraf yang imatur, masalah ini dapat diatasi dengan cara mempertahankan kestabilan oksigen dengan melakukan monitoring pada nadi, mengkondisikan lingkungan yang nyaman, menyediakan monitoring jantung dan paru, mengurangi stimulasi denga mengkaji selama aktivitas.• Risiko tinggi gangguan integritas kulitMasalah ini dapat disebabkan karena adanya faktor mekanik, adanya imaturitas pada kulit dan adanya imobilitas, masalah ini dapat dilakukan tindakan keperawatan dengan mengkaji kulit dan membran mukosa tiap 2-4 jam, mengatur posisi tiap 2-4 jam, menghindari penggunaan lotion, krem atau powder yang berlebihan.Risiko tinggi infeksi ini dapat disebabkan karena sistem imunitas yang masih imatur atau prosedur invasif, masalah ini dapat diatasi dengan mengkaji tanda vital tiap 1-2 jam, mempertahankan lingkungan dalam suhu normal, mempertahankan prinsip aseptik sebelum kontak dengan pasien.